BIOFUEL DAN BIODIESEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Krisis
energi merupakan isu dunia yang terus digulirkan akhir-akhir ini, ketidakseimbangan
antara laju produksi dan kebutuhan yang didorong laju pertambahan penduduk
menyebabkan harga energi pun semakin tinggi. Hal tersebut tentunya juga
menguras cadangan energi dunia yang semakin lama semakin berkurang.
Di
Indonesia, menurut kementrian ESDM, Cadangan minyak bumi
terbukti saat ini diperkirakan 9 milyar barel, dengan tingkat produksi
rata-rata 0,5 milyar barel per tahun.Diperkirakan cadangan minyak akan habis dalam waktu
18 tahun. Cadangan gas diperkirakan 170 TSCF (trilion standart cubic feed)
sedangkan kapasitas produksi mencapai 8,35 BSCF (billion standart cubic feed).
Cadangan batubara diperkirakan 57 miliar ton dengan kapasitas produksi 131,72
juta ton per tahun.
Fakta ini
tentunya sangat kontradiktif dengan asumsi-asumsi yang selalu kita banggakan
bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya minyak bumi dan sumber energi lainya.
Jika kita hanya bergantung pada sumber-sumber energi tersebut maka dapat
dipastikan Indonesia benar-benar akan mencapai kontra titik kulminasi dari
sebuah peradaban modern.
Motor
diesel yang ada saat ini sebagian besar menggunakan bahan bakar dari minyak bumi, yaitu solar atau diesel. Beberapa tahun
lalu harga solar di Indonesia terpaut sangat jauhlebih murah dibanding harga
bensin, namun dengan perubahan kebijakan pemerintah yang berusaha melepaskan
diri dari jerat subsidi, maka harga solarpun melambung tinggi. Oleh sebab itu
sewajarnya jika kita mencari bahan bakar alternatif yang dapat digunakan oleh motor
diesel. Salah satunya adalah bahan bakar yang dihasilkan dari tanaman atau
hewan yang dikenal dengan biofuel (Baharta, 2007).
Biofuel
adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari
bahan-bahan organik.Biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar
cair dari pengolahan tumbuhan). Minyak
nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai macam jenis
tumbuhantergantung pada sumberdaya utama yang banyak terdapat di suatu tempat /
negara. Indonesiamempunyai banyak sumber daya untuk bahan baku biodiesel.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang yang telah disebutkan dapat
diambil beberapa rumusan masalah, yaitu :
1.
Bagaimanakah
jejak dan tabiat biofuel dan biodiesel?
2.
Bagaimanakah
dampak yang ditimbulkan dari penggunaan biofuel dan biodiesel?
3.
Bagaimanakah
penerapan ilmu kimia dalam biofuel dan biodiesel?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui jejak dan tabiat biofuel dan
biodiesel.
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari
penggunaan biofuel dan biodiesel.
3. Untuk mengetahui penerapan ilmu kimia dalam biofuel
dan biodiesel?
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui jejak dan tabiat biofuel dan
biodiesel.
2. Dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan dari
penggunaan biofuel dan biodiesel.
3. Dapat mengetahuipenerapan ilmu kimia dalam biofuel dan
biodiesel?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Jejak
dan Tabiat Biofuel dan Biodiesel
Bahan bakar
hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas
yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara
langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri,
komersial, domestik atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan biofuel
antara lain pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga,
limbah industri dan pertanian), fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan)
tanpa oksigen untuk menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persen metana),
atau fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester, dan
energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai
bahan bakar). Berikut ini sumber daya alam yang berpotensi sebagai bahan dasar
pembuatan biofuel :
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
Sumber
Minyak
|
Isi
% Berat Kering |
P / NP
|
Jarak
Pagar
|
Jatropha
Curcas
|
Inti biji
|
40-60
|
NP
|
Jarak
Kaliki
|
Riccinus
Communis
|
Biji
|
45-50
|
NP
|
Kacang
Suuk
|
Arachis
Hypogea
|
Biji
|
35-55
|
P
|
Kapok /
Randu
|
Ceiba Pantandra
|
Biji
|
24-40
|
NP
|
Karet
|
Hevea
Brasiliensis
|
Biji
|
40-50
|
P
|
Kecipir
|
Psophocarpus
Tetrag
|
Biji
|
15-20
|
P
|
Kelapa
|
Cocos
Nucifera
|
Inti biji
|
60-70
|
P
|
Kelor
|
Moringa
Oleifera
|
Biji
|
30-49
|
P
|
Kemiri
|
Aleurites
Moluccana
|
Inti biji
|
57-69
|
NP
|
Kusambi
|
Sleichera
Trijuga
|
Sabut
|
55-70
|
NP
|
Nimba
|
Azadiruchta
Indica
|
Inti biji
|
40-50
|
NP
|
Saga Utan
|
Adenanthera
Pavonina
|
Inti biji
|
14-28
|
P
|
Sawit
|
Elais
Suincencis
|
Sabut dan
biji
|
45-70 +
46-54
|
P
|
Nyamplung
|
Callophyllum
Lanceatum
|
Inti biji
|
40-73
|
P
|
Randu Alas
|
Bombax
Malabaricum
|
Biji
|
18-26
|
NP
|
Sirsak
|
Annona
Muricata
|
Inti biji
|
20-30
|
NP
|
Srikaya
|
Annona
Squosa
|
Biji
|
15-20
|
NP
|
Proses
fermentasi menghasilkan dua tipe biofuel yaitu alkohol dan ester. Bahan-bahan
ini secara teori dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil tetapi karena
kadang-kadang diperlukan perubahan besar pada mesin, biofuel biasanya dicampur
dengan bahan bakar fosil.
Biofuel
menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa meningkatkan kadar karbon di
atmosfer karena berbagai tanaman yang digunakan untuk memproduksi biofuel
mengurangi kadar karbondioksida di atmosfer, tidak seperti bahan bakar fosil
yang mengembalikan karbon yang tersimpan di bawah permukaan tanah selama jutaan
tahun ke udara. Dengan begitu biofuel lebih bersifat carbon neutral dan sedikit
meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Penggunaan biofuel
mengurangi pula ketergantungan pada minyak bumi serta meningkatkan keamanan
energi.
Ada dua
strategi umum untuk memproduksi biofuel. Strategi pertama adalah menanam
tanaman yang mengandung gula (tebu, bit gula, dan sorgum manis) atau tanaman
yang mengandung pati/polisakarida (jagung), lalu menggunakan fermentasi ragi
untuk memproduksi etil alkohol. Strategi kedua adalah menanam berbagai tanaman
yang kadar minyak sayur/nabatinya tinggi seperti kelapa sawit, kedelai, atau
alga. Saat dipanaskan, maka keviskositasan minyak nabati akan berkurang dan
bisa langsung dibakar di dalam mesin diesel, atau minyak nabati bisa diproses
secara kimia untuk menghasilkan bahan bakar seperti biodiesel.
Biodiesel
merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan).
Biodiesel adalah senyawa alkil ester yang diproduksi melalui proses alkoholisis
(transesterifikasi) antara trigliserida dengan metanol atau etanol dengan
bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan gliserol; atau esterifikasi
asam-asam lemak (bebas) dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa
menjadi senyawa alkil ester dan air.
Biodiesel
mentah (kasar) yang dihasilkan dari proses transesterifikasi minyak (atau
esterifikasi asam-asam lemak) biasanya masih mengandung sisa-sisa katalis,
metanol, dan gliserol. Untuk memurnikannya, biodiesel mentah (kasar) tersebut
bisa dicuci dengan air, sehingga pengotor-pengotor tersebut larut ke dalam dan
terbawa oleh fase air pencuci yang selanjutnya dipisahkan. Porsi pertama dari
air yang dipakai mencuci disarankan mengandung sedikit asam/basa untuk
menetralkan sisa-sisa katalis. Biodiesel yang sudah dicuci kemudian dikeringkan
pada kondisi vakum untuk menghasilkan produk yang jernih dan bertitik nyala
≥100oC (pertanda bebas metanol).
Proses
transesterifikasi dan esterifikasi dapat digabungkan untuk mengolah bahan baku
dengan kandungan asam lemak bebas sedang sampai tinggi seperti CPO low grade,
maupun PFAD. Sebagai bahan baku biodiesel dapat digunakan antara lain minyak
jarak, minyak sawit, minyak kelapa dll.
Biodiesel
mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta mengandung oksigen. Adanya oksigen
pada biodiesel membedakannya dengan petroleum diesel (solar) yang komponen
utamanya hanya terdiri dari hidro karbon. Jadi komposisi biodiesel dan
petroleum diesel sangat berbeda. Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak
nabati, sedangkan petroleum diesel adalah hidrokarbon.
Walaupun
kandungan kalori biodiesel serupa dengan petroleum diesel, tetapi karena
biodiesel mengandung oksigen, maka flash pointnya lebih tinggi sehingga tidak
mudah terbakar. Biodiesel juga tidak menghasilkan uap yang membahayakan pada
suhu kamar, maka biodiesel lebih aman daripada petroleum diesel dalam
penyimpanan dan penggunaannya. Di samping itu, biodiesel tidak mengandung
sulfur dan senyawa bensen yang karsinogenik, sehingga biodiesel merupakan bahan
bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani dibandingkan dengan petroleum
diesel.
Penggunaan
biodiesel juga dapat mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon total,
partikel, dan sulfur dioksida. Emisi nitrogen oksida juga dapat dikurangi
dengan penambahan konverter katalitik. Kelebihan lain dari segi lingkungan
adalah tingkat toksisitasnya yang 10 kali lebih rendah dibandingkan dengan
garam dapur dan tingkat biodegradabilitinya sama dengan glukosa,sehingga sangat
cocok digunakan pada kegiatan di perairan untuk bahan bakar kapal/motor.
Biodiesel tidak menambah efek rumah kaca seperti halnya petroleum diesel karena
karbon yang dihasilkan masuk dalam siklus karbon.
2.2
Dampak
Biofuel dan Biodiesel
Biofuel
dapat terbuat dari kayu, arang, bioalkohol, biogas, minyak sayur bahkan limbah.Penggunaan
limbah biomassa untuk memproduksi energi mampu mengurangi berbagai permasalahan
manajemen polusi dan pembuangan, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, serta
mengurangi emisi gas rumah kaca. Uni Eropa telah mempublikasikan sebuah laporan
yang menyoroti potensi energi bio yang berasal dari limbah untuk memberikan
kontribusi bagi pengurangan pemanasan global. Laporan itu menyimpulkan bahwa di
tahun 2020 nanti 19 juta ton minyak tersedia dari biomassa, 46% dari limbah
bio: limbah padat perkotaan, residu pertanian, limbah peternakan, dan aliran
limbah terbiodegradasi yang lain.
Tempat
penampungan akhir sampah menghasilkan sejumlah gas karena limbah yang dipendam
di dalamnya mengalami pencernaan anaerobik.Secara kolektif gas-gas ini dikenal
sebagai landfill gas (LFG) atau gas tempat pembuangan akhir sampah.Landfill gas
bisa dibakar baik secara langsung untuk menghasilkan panas atau menghasilkan
listrik bagi konsumsi publik.Landfill gas mengandung sekitar 50% metana, gas
yang juga terdapat di dalam gas alam.
Biomassa
bisa berasal dari limbah materi tanaman.Gas dari tempat penampungan kotoran
manusia dan hewan yang memasuki atmosfer merupakan hal yang tidak diinginkan
karena metana adalah salah satu gas rumah kaca yang potensil pemanasan globalnya
melebihi karbondioksida.Frank Keppler dan Thomas Rockmann menemukan bahwa
tanaman hidup juga memproduksi metana CH4.
Sebagian
besar bahan bakar transportasi berbentuk cairan, sebab berbagai kendaraan
biasanya membutuhkan kepadatan energi yang tinggi.Kendaraan biasanya
membutuhkan kepadatan kekuatan yang tinggi yang bisa disediakan oleh mesin
pembakaran dalam.Mesin ini membutuhkan bahan bakar pembakaran yang bersih untuk
menjaga kebersihan mesin dan meminimalisir polusi udara.Bahan bakar yang lebih mudah
dibakar dengan bersih biasanya berbentuk cairan dan gas.Dengan begitu cairan
(serta gas-gas yang bisa disimpan dalam bentuk cair) memenuhi persyaratan
pembakaran yang portabel dan bersih.Selain itu cairan dan gas bisa dipompa,
yang berarti penanganannya mudah dimekanisasi, dan dengan begitu tidak
membutuhkan banyak tenaga.
2.2.1
Minyak
sayur
Minyak
sayur dapat digunakan sebagai makanan atau bahan bakar; kualitas dari minyak
dapat lebih rendah untuk kegunaan bahan bakar. Minyak sayur bekas yang diproses
menjadi biodiesel mengalami peningkatan, dan dalam skala kecil, dibersihkan
dari air dan partikel dan digunakan sebagai bahan bakar.
2.2.2
Bioalkohol
Alkohol
yang diproduksi secara biologi, yang umum adalah ethanol, dan yang kurang umum
adalah propanol dan butanol, diproduksi dengan aksi mikroorganisme dan enzym
melalui fermentasi gula atau starch, atau selulosa.Biobutanol seringkali
dianggap sebagai pengganti langsung bensin, karena dapat digunakan langsung
dalam mesin bensin.
Memproduksi
etanol dari selulosa merupakan langkah-tambahan yang sulit dan mahal dan masih
menunggu penyelesaian masalah teknis. Ternak yang memakan rumput dan
menggunakan proses digestif yang lamban untuk memecahnya menjadi glukosa
(gula). Dalam laboratorium ethanol selulosik, banyak proses eksperimental
sedang dilakukan untuk melakukan hal yang sama, dan menggunakan cara tersebut
untuk membuat bahan bakar ethanol.
Beberapa
ilmuwan telah mengemukakan rasa prihatin terhadap percobaan teknik genetika DNA
rekombinan yang mencoba untuk mengembangkan enzym yang dapat memecah kayu lebih
cepat dari alam, makhluk mikroskopik tersebut dapat tidak sengaja terlepas ke
alam, tumbuh secara eksponensial, disebarkan oleh angin, dan pada akhirnya
menyebabkan kerusakan struktur seluruh tanaman, yang dapat mengakhiri produksi
oksigen yang dilepaskan oleh proses fotosintesis tumbuhan.
Ethanol
dapat digunakan dalam mesin bensin sebagai pengganti bensin; ethanol dapat
dicampur dengan bensin dengan persentase tertentu.Kebanyakan mesin bensin dapat
beroperasi menggunakan campuran ethanol sampai 15% dengan bensin.Bensin dengan
ethanol memiliki angka oktan yang lebih tinggi, yang berarti mesin dapat
terbakar lebih panas dan lebih efisien.
Bahan bakar
etanol memiliki BTU yang lebih rendah, yang berarti memerlukan lebih banyak
bahan bakar untuk melakukan perjalan dengan jarak yang sama. Dalam mesin
kompresi-tinggi, dibutuhkan bahan bakar dengan sedikit ethanol dan pembakaran
lambat untuk mencegah pra-ignisi yang merusak (knocking).
Ethanol
sangat korosif terhadap sistem pembakaran, selang dan gasket karet, aluminium,
dan ruang pembakaran.Oleh karena itu penggunaan bahan bakar yang mengandung
alkohol ilegal bila digunakan pesawat.Untuk campuran ethanol konsentrasi tinggi
atau 100%, mesin perlu dimodifikasi.
Ethanol
yang meyebabkan korosif tidak dapat disalurkan melalui pipa bensin, oleh karena
itu diperlukan truk tangki stainless-steel yang lebih mahal, meningkatkan
konsumsi biaya dan energi yang dibutuhkan untuk mengantar ethanol ke konsumen.
Banyak
produsen kendaraan sekarang ini memproduksi kendaraan bahan bakar fleksibel,
yang dapat beroperasi dengan kombinasi bioethanol dan bensin, sampai dengan
100% bioethanol.
Alkohol
dapat bercampur dengan bensin dan air, jadi bahan bakar etanol dapat tercampur
setelah proses pembersihan dengan menyerap kelembaban dari atmosfer. Air dalam
bahan bakar ethanol dapat mengurangi efisiensi, menyebabkan mesin susah
dihidupkan, menyebabkan gangguan operasi, dan mengoksidasi aluminum (karat pada
karburator dan komponen dari besi).
2.2.3
BioGas
Biogas diproduksi
dengan proses digesti anaerobik dari bahan organik oleh anaerob. Biogas dapat
diproduksi melalui bahan sisa yang dapat terurai atau menggunakan tanaman
energi yang dimasukan ke dalam pencerna anaerobik untuk menambah gas yang
dihasilkan.Hasil sampingan, digestate, dapat digunakan sebagai bahan bakar bio
atau pupuk.
Biogas
mengandung methane dan dapat diperoleh dari digester anaerobik industri dan
sistem pengelolaan biologi mekanik.Gas sampah adalah sejenis biogas yang tidak
bersih yang diproduksi dalam tumpukan sampah melalui digesti anaerobik yang
terjadi secara alami.Bila gas ini lepas ke atmosfer, gas ini merupakan gas
rumah kaca.
Perusahaan energi banyak negara telah
membeli lahan di Afrika untuk menanam tanaman yang bisa dikonversi menjadi bahan
bakar. Meskipun bahan biofuel ini telah di sebut sebagai alternatif yang lebih
bersih dibanding bahan bakar fosil, lebih banyak kelompok pecinta lingkungan
menginginkan investasi ini dibatasi dan mengingatkan biofuel lebih banyak
bahayanya dibanding manfaatnya.
Ketika
perusahaan energi Italia mencoba membeli lahan hutan di bagian timur Kenya
untuk menanam pohon jarak, perusahaan itu menjanjikan lapangan pekerjaan,
pembangunan dan dana bagi masyarakat yang tinggal disana.
Tetapi
kelompok HAM ActionAid mengatakan ketika kesepakatan itu disetujui, orang-orang
yang terkena dampaknya belum mengetahui yang sebenarnya. David Barissa Ringa,
ketua tim ActionAid di kawasan pantai Kenya mengatakan rencana untuk menanami
lahan seluas 20.000 hektar dengan pohon jarak akan membuat 20.000 orang
kehilangan tempat tinggal.
Dalam
sebuah laporan awal tahun ini, konsorsium kelompok lingkungan yang disebut
Friends of the Earth mengatakan perusahaan energi Eropa telah membeli lima juta
hektar lahan lebih di seluruh Afrika, wilayah yang lebih luas dari Denmark
untuk investasi biofuel.
Laporan itu
mengatakan rencana Uni Eropa menggunakan 10 persen biofuel untuk transportasi
pada tahun 2020 telah memicu perebutan lahan.
Meskipun
kelompok-kelompok pecinta lingkungan telah berupaya menentang penggunaan
biofuel dalam beberapa tahun terakhir ini, Badan Pangan dan Pertanian PBB atau
FAO mengatakan industri tersebut masih membawa banyak manfaat.
Produksi
biofuel secara massal masih perlu melewati banyak analisis atas dampak positif
dan negatif yang dapat ditimbulkan. Terutama tentang lingkungan sekitar lahan
untuk penanaman bahan baku biodiesel dan biofuel. Jika manusia yang ada hanya
memikirkan keuntungan pribadi yang akan diperoleh, maka masalah krisis energy
yang sepertinya akan teratasi dengan adanya biofuel justru akan menambah maslah
baru yang lebih kompleks jika itu berarti harus menebang lahan perhutanan tanpa
ada reboisasi dan penggusuran lahan pemukiman warga sekitar tanpa adanya
jaminan tempat tinggal layak.
2.3 Penerapan
Ilmu Kimia pada biodiesel dan biofuel
2.2.1 Program
Riset Dan Pengembangan Oleh Pertamina
Berdasarkan
UU
NO 30/2007 tentang energy diservikasi enrgi dan konservikasi energy, Keputusan
Presiden No.10/2006 tentang pembentukan tim nasional pengembangan BBN untuk
pengurangn kemiskinan dan pengangguran, Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang
penyedian dan pemanfaatan BBN (biofuel) sebagai bahan bakar lain, peratuaran
Menteri No.32/2008 tentang penyediaan dan tata niaga Bahan Bakar Nabati
(biofuel) sebagai bahan bakar lain. Selain itu berdasarkan Peraturan Presiden
No. 5/2006, pihak
pertamina mengimplikasikan dengan target Mix 2025
penggunaan bahan bakar sebagai berikut :
a) Gas
30%
b) Minyak
20%
c) Batubara
33%
d) EBT
17% ( biofuel sebesar 5%, panas bumi, nuklir, biomassa, hydro solar energy dan
tenaga angin sebesar 5%, coal liquefaction 2%)
Pertamina telah menegmbangkan
beberapa brand produk, yakni: biofuel untuk mesin diesel dari campuran solar
dengan Fatty Acid Methyil Esther (FAME), dan biofuel untuk mesin bensin dari
campuran bensin dengan Ethanol Unhydrous (purity ethanol > 99,5%).
Berikut hasil riset yang dilakukan
pertamnia terhadap produk biofuel mereka:
1. Pengujian ketahanan Biosolar B10
pada Mesin Genset (kerjasama dengan BPPT) Untuk mengetahui ketahanan unjuk
kerja dan mengevaluasi efek lain penggunaan bahan bahan bakar tersebut terhadap
mesin
Hasil:
a) Pada
saat penggunaan awal Biosolar B10 perlu dilakukan pengecekan khususnya
kebersihan filter agar tidak terjadi kebuntuan.
b) Pengaturan
injection timing perlu di-set mundur (retard) guna meng-optimalkan sifat
biodiesel yang mempunyai Cetane Number yang lebih tinggi,.
c) Campuran
Biodiesel sampai dengan maksimum B10 mempunyai karakteristik sangat mirip
dengan B0 sehingga pembentukan deposit relatif tidak terjadi.
d) Penggunaan
biodiesel gas buang menjadi lebih bersih dan mesin lebih tahan lama karena
biodiesel memiliki sifat pelumasan yang lebih baik terhadap komponen mesin
dibanding dengan solar.
2. Uji Kinerja Biodiesel di
Pembangkit Jawa Bali Gresik (kerjasama dengan PLN)
Hasil:
a) Hasil
pengujian kehandalan operasi (reliability runtest) baik dalam arti tidak pernah
terjadi gagal start, proses turun naik turun beban turbin generator normal, dan
selama operasi tidak pernah mengalami trip dari faktor bahan bakar
b) Hasil
pengujian unjuk kerja operasi (performance test) selama 10 hari pertama daya
mampu maksimum mampu bertahan konstan dan mulai hari ke 11 mulai terjadi
penurunan daya mampu rata-rata 0,075 MW/hari dan terjadinya penurunan daya
mampu tersebut juga disertai trend kenaikan specific fuel consumption (SFC)
rata-rata 0,001 liter/KWH per hari.
c) Hasil
pengamatan gas buang masih memenuhi standar baku mutu lingkungan.
3. Uji dyno dan road test untuk
Solar dan Biosolar (B10) (Kerjasama dengan Lemigas
Hasil:
a) Penambahan
10% bahan bakar biodiesel (FAME) ke dalam minyak solar dapat digunakan dan
tidak memberi pengaruh negatif yang signifikan kepada operasional kendaraan
diesel bahkan pada beberapa parameter penambahan ini justru memberi pengaruh
yang sangat positif.
b) Pengaruh
negatif terhadap operasional kendaraan diesel dapat terjadi bila kualitas dari
bahan bakar biodiesel (FAME) tidak sesuai dengan spesifikasi, sehingga sangat
diperlukan sekali
pengawasan mutu yang lebih ketat terhadap biodiesel (FAME)
2.2.2
Teknologi Kimia Dalam
Pengolahan Minyak Jelantah
Biodiesel
yang secara umum didefinisikan sebagai ester monoalkil dari tanaman dan lemak
hewan merupakan bahan bakar alternatif yang sangat potensial digunakan sebagai
pengganti solar karena kemiripan karakteristiknya. Selain itu biodiesel yang
berasal dari minyak nabati merupakan bahan bakar yang dapat diperbaharui (renewable),
mudah diproses, harganya relatif stabil, tidak menghasilan cemaran yang
berbahaya bagi lingkungan (non toksik) serta mudah terurai secara alami. Untuk
mengatasi kelemahan minyak sawit, maka minyak sawit itu harus dikonversi
terlebih dahulu menjadi bentuk metil atau etil esternya (biodiesel). Bentuk
metil atau etil ester ini relatif lebih ramah lingkungan namun juga kurang
ekonomis karena menggunakan bahan baku minyak sawit goreng. Sementara itu,
minyak goreng bekas atau jelantah dari industri pangan dan rumah tangga cukup
banyak tersedia di Indonesia. Minyak jelantah ini tidak baik jika
digunakan kembali untuk memasak karena banyak mengandung asam lemak bebas dan
radikal yang dapat membahayakan kesehatan. Sebenarnya konversi langsung minyak
jelantah atau minyak goreng bekas menjadi biodisel sudah cukup lama dilakukan
oleh para peneliti biodiesel namun beberapa mengalami kegagalan, karena minyak
goreng bekas mengandung asam lemak bebas dengan konsentrasi cukup tinggi.
Kandungan asam lemak bebas dapat dikurangi dengan cara mengesterkan asam lemak
bebas dengan katalis asam homogen, seperti asam sulfat atau katalis asam
heterogen seperti zeolit atau lempung teraktivasi asam. Skema di bawah ini
memperlihatkan proses pembuatan biodesel dari minyak goreng bekas yang
mengadopsi prinsip zero waste process.
Skema 1. Siklus pengolahan minyak bekas/jelantah menjadi biodiesel
Hasil penelitian oleh peneliti dari tahun
2005 hingga saat ini menunjukkan bahwa biodiesel yang diproduksi dari minyak
sawit bekas (jelantah) memiliki kualitas yang hampir sama baiknya dengan
biodiesel standard yang dipersyaratkan oleh ASTM dan diesel perdagangan
sehingga biodiesel yang merupakan hasil konversi minyak sawit goreng bekas
memiliki peluang untuk dipasarkan baik di dalam negeri maupun untuk diekspor.
Kendala utama yang dihadapi untuk keperluan produksi masal adalah pasokan serta
harga minyak goreng bekas yang mungkin sangat berfluaktif dari waktu ke waktu.
Tabel 1. Salah satu contoh hasil uji ASTM biodiesel dari minyak goreng
bekas (didanai oleh DP2M-DIKTI)
Mengingat minyak goreng bekas relatif mudah
dan murah didapat maka sudah selayaknya pemerintah, masyarakat, industri dan
peneliti juga mulai memperhatikan potensi pengembanganya. Di Jepang konversi
minyak goreng bekas menjadi biodiesel sudah mencapai titik ultimate dan
telah digunakan sebagai bahan bakar biosolar sarana transportasi, sementara di
Indonesia ketersediaan minyak goreng bekas sangat melimpah, begitu pula
penelitian tentang konversi minyak goreng bekas menjadi biodiesel sudah mapan
dan cukup lama, namun dalam prakteknya masih sangat sedikit sarana
transportasi yang menggunakan biodiesel minyak goreng bekas.
2.2.3
Teknologi
Pembuatan Biodiesel Dari Jarak Pagar.
Prosesnya adalah sebagai
berikut :
a. Pengepresan biji jarak
pagar
Beberapa
metoda yang dapat digunakan untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak yaitu rendering, teknik pengepresan mekanis
(mechanical expression) dan menggunakan pelarut (solvent extraction).
Pengepresan
mekanis merupakan suatu cara pemisahan minyak dari bahan yang berupa
biji-bijian dan paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yang tinggi
kadar minyaknya yaitu sekitar 30-70 persen. Sebagaimana kita ketahui bersama,
minyak jarak pagar terkandung dalam bahan yang berbentuk biji dengan kandungan
minyak sekitar 35 - 45 persen. Berdasarkan hal tersebut maka metoda ekstraksi
yang paling sesuai untuk biji jarak yaitu
teknik pengepresan mekanis.
Dua cara
yang umum digunakan pada pengepresan mekanis biji jarak yaitu pengepresan
hidrolik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller pressing).
Pengepresan hidrolik adalah pengepresan dengan menggunakan tekanan. Tekanan
yang dapat digunakan sekitar 140,6 kg/cm. Besarnya tekanan yang digunakan akan
mempengaruhi sedikit-banyaknya minyak jarak yang dihasilkan. Untuk teknik
pengepresan hidrolik, sebelum dilakukan pengepresan, biji jarak perlu mendapat
perlakuan pendahuluan berupa pemasakan. Pemasakan biji jarak bertujuan untuk
menggumpalkan protein. Penggumpalan protein diperlukan demi efisiensi
ekstraksi. Dengan pengepresan hidrolik dapat dihasilkan rendemen minyak sampai
dengan 30 persen.
Teknik
pengepresan biji jarak dengan menggunakan ulir (screw) merupakan teknologi yang
lebih maju dan banyak digunakan di industri pengolahan minyak jarak saat ini.
Dengan cara ini biji jarak dipress menggunakan pengepresan berulir (screw) yang
berjalan secara kontinyu. Teknik ekstraksi ini tidak memerlukan perlakuan
pendahuluan bagi biji jarak yang akan diekstraksi. Biji jarak kering yang akan
diekstraksi dapat langsung dimasukkan ke dalam screw press. Tipe alat pengepres
berulir yang digunakan dapat berupa pengepres berulir tunggal (single screw
press) atau pengepres berulir ganda (twin screw press). Rendemen minyak jarak
yang dihasilkan dengan teknik pengepres berulir tunggal (single screw press)
sekitar 25 – 35 persen, sedangkan dengan teknik pengepres berulir ganda (twin
screw press) dihasilkan rendemen minyak sekitar 40- 45 persen. Pada Gambar 1 di
bawah ini disajikan diagram alir proses pengepresan biji jarak menggunakan
metode pengepresan berulir dan ekstraksi solvent.
b. Pengolahan minyak jarak
Metil ester
(biodiesel) dari minyak jarak pagar dapat dihasilkan melalui proses
transesterifikasi trigliserida dari minyak jarak. Transesterifikasi adalah
penggantian gugus alkohol dari suatu ester dengan alkohol lain dalam suatu
proses yang menyerupai hidrolisis. Namun berbeda dengan hidrolisis, pada proses
transesterifikasi yang digunakan bukanlah air melainkan alkohol. Umumnya
katalis yang digunakan adalah sodium metilat, NaOH atau KOH. Metanol lebih umum
digunakan karena harganya lebih murah, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk
menggunakan jenis alkohol lainnya seperti etanol. Transesterifikasi merupakan
suatu reaksi kesetimbangan. Untuk mendorong reaksi agar bergerak ke kanan agar
dihasilkan metil ester (biodiesel) maka perlu digunakan alkohol dalam jumlah
berlebih atau salah satu produk yang dihasilkan harus dipisahkan.
Faktor
utama yang mempengaruhi rendemen ester yang dihasilkan pada reaksi
transesterifikasi adalah rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis
katalis yang digunakan, suhu reaksi, waktu reaksi, kandungan air, dan kandungan
asam lemak bebas pada bahan baku (yang dapat menghambat reaksi yang
diharapkan). Faktor lain yang mempengaruhi kandungan ester pada biodiesel
diantaranya yaitu kandungan gliserol pada bahan baku minyak, jenis alkohol yang
digunakan pada reaksi transesterifikasi, jumlah katalis sisa dan kandungan
sabun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biofuel
adalah setiap bahan bakar bai padatan, cairan, ataupun gas yang dihasilkan dari
bahan-bahan organik. Biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel yang berupa
senyawa alkil ester yang diproduksi melalui proses alkoholisis
(transesterifikasi) antara trigleserida dengan metanol / etanol. Biodiesel
mengandung oksigen, maka flash pointnya lebih tinggi sehingga tidak mudah
terbakar. Biodiesel tidak menghasilkan
uap yang membahayakan pada suhu kamar, sehingga aman daripada petroleum diesel
dalam penyimpanan dan penggunaannya. Biodiesel tidak mengandung sulfur dan
senyawa bensen yang karsinogenik, sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang
lebih bersih dan lebih mudah ditangani dibandingkan dengan petroleum diesel.
Penggunaan
biodiesel juga dapat mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon total,
partikel, dan sulfur dioksida. Emisi nitrogen oksida juga dapat dikurangi
dengan penambahan konverter katalitik. Biodiesel tidak menambah efek rumah kaca
seperti halnya petroleum diesel karena karbon yang dihasilkan masuk dalam
siklus karbon.
Produksi biofuel nampaknya bisa menjadi alternatif
krisis energi yang sedang terjadi dengan beberapa manfaat yang dapat
ditimbulkan, namun banyak juga dampak negatifnya terutama masalah kelestarian
lingkungan.
Pada
umumnya teknologi kimia yang digunakan dalam pembuatan biodiesel menggunakan
proses alkoholisis (transesterifikasi) antara trigliserida dengan metanol atau
etanol dengan bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan gliserol; atau
esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan metanol atau etanol dengan bantuan
katalis basa menjadi senyawa alkil ester dan air.
DAFTAR PUSTAKA
Marketing and trading direktorate.2011. Presentasi
Biofuel. (online/www.kadin-indonesia.or.id/diakses tanggal 20
April 2012)
Tim Sekretariat MAPI. 2006. Minyak Kelapa Sebagai
Bahan Bakar Alternatif.(online/ www.dekindo.com/content/artikel/bahan_bakar.pdf/diakses tanggal 20 April 2012)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda