Rabu, 16 Mei 2012

PEMERIKSAAN PARAMETER KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR




BAB I
PENDAHULUAN

 1.1. Latar Belakang
        Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Air hampir dapat melarutkan segala jenis senyawa baik senyawa organik maupun senyawa anorganik, sehingga disebut sebagai pelarut universal. Bagi manusia, air berperan dalam kegiatan pertanian, industri dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga seperti mandi, mencuci serta kebutuhan air didalam tubuh manusia itu sendiri. Sedangkan untuk tumbuhan, air diperlukan sebagai pereaksi dalam proses fotosintesis dan hidrolisis. Pemenuhan kebutuhan akan air yang digunakan haruslah memenuhi syarat dari segi kualitas maupun kuantitas yang berkesinambungan.
        Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisik, kimia, dan biologi. Kualitas air yang baik tidak selamanya tersedia di alam, adanya perkembangan industri dan pemukiman dapat mengancam kelestarian air bersih. Bahkan di daerah-daerah tertentu, air yang tersedia tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga diperlukan upaya perbaikan secara sederhana maupun modern. Secara kuantitas air tersebut harus mempunyai jumlah yang cukup untuk digunakan sebagai air minum, mencuci, dan keperluan rumah tangga lainnya. Di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk minum 2 liter, wudhu 16,2 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, mandi,cuci kakus 12 liter, cuci pakaian 10,7 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, lain-lain 33,3 liter.
Berdasarkan Permenkes nomor 907/menkes/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, ada beberapa persyaratan atau parameter mengenai kualitas air, baik air minum maupun air bersih. Adapun parameter tesebut yaitu parameter fisik, parameter kimia, parameter mikrobiologi, dan parameter radioaktivitas. Air yang memenuhi parameter fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, jernih, dan dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman.
Dilihat dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), Arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Sedangkan dari parameter mikrobiologis, sumber- sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan coli, Salmonella, Clostridium Perfingens yang merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri pathogen. Sedangkan dari segi parameter radioaktivitas, yang dilihat adalah Strontium-90, Radium-226 dan aktifitas β total.
Selain itu, makalah ini dibuat agar pembaca mengetahui darimana sumber-sumber, bagaimana peredaran, dan pelenyapan mikroba pencemar air. Untuk pelenyapan mikroba pencemar air diperlukan metode dan teknologi tertentu yang seefektif mungkin mampu membunuh bakteri-bakteri tersebut. Disinilah peran ilmu kimia dalam mengatasi pencemaran air oleh mikroba.

1.2. Tujuan
1.      Mengetahui kualitas air dengan parameter mikrobiologis.
2.      Mengetahui jejak, peredaran dan tabiat mikroba pencemar air.
3.      Mengetahui penerapan ilmu kimia (alat dan metode) dalam mengatasi pencemaran mikroba dalam air.

1.3 Rumusan Masalah
1.      Apa saja parameter mikrobiologis yang digunakan untuk mengukur kualitas air?
2.      Bagaimanakah jejak, peredaran dan tabiat mikroba pencemar air?
3.      Bagaimana penerapan ilmu kimia dalam mengatasi pencemaran mikroba dalam air?













BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Parameter Mikrobiologi Air
Dari semua parameter kualitas air, yang akan kami bahas disini adalah parameter mikrobiologi air. Parameter mikrobiologi terdiri dari total mikroba, total coli, total coli tinja, Salmonella, Clostridium Perfingens dan lain-lain. Secara laboratoris total coli digunakan sebagai indikator adanya pencemaran air bersih oleh tinja, tanah atau sumber alamiah lainnya. Sedangkan coli tinja digunakan sebagai indikator adanya pencemaran air bersih oleh tinja manusia atau hewan.
Baku mutu air golongan B menurut Lampiran Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 413 tahun 1978 adalah sebagai berikut :
No
Parameter
Satuan
Maksimum yang dianjurkan
Maksimum yang diperbolehkan
III
Mikrobiologik



1.
Coliform Group
MPN/100 ml
-
1 x 104
2.
Coliform Tinja
MPN/100 ml
-
2 x 103


S



Sedangkan berdasarkan jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air (Most Probable Number/MPN), kondisi air dibagi ke dalam beberapa golongan, yaitu:
1.         Air tanpa pengotoran ; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri koliform dan patogen atau zat kimia beracun.
2.         Air yang sudah mengalami proses desinfeksi ; MPN < 50/100 cc
3.         Air dengan penjernihan lengkap; MPN < 5000/100 cc
4.         Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN > 5000/100 cc
5.         Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN > 250.000/100 cc
MPN yaitu jumlah perkiraan terdekat dari bakteri koliform dalam 100 cc air.
Bakteri patogen yang terdapat pada air tersebut dapat membentuk toksin (racun) setelah periode laten yang singkat yaitu beberapa jam. Keberadaan bakteri coliform yang banyak ditemui di kotoran manusia dan hewan menunjukkan kualitas sanitasi yang rendah dalam proses pengadaan air. Makin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, makin tinggi pula risiko kehadiran bakteri patogen, seperti bakteri Shigella (penyebab muntaber), Salmonella typhosa (penyebab tipus), kolera, dan disentri.

2.1.1 Jejak Mikroba Pencemar Air
a.     Sumber
Di bidang mikrobiologi air, kehadiran mikroorganisme tertentu khususnya bakteri dan mikroalga, dapat digunakan sebagai mikroorganisme parameter/ indikator-alami terhadap kehadiran pencemar organik.
Misalnya bakteri Sphaerotilus, kehadirannya dapat menjadi petunjuk terhadap kandungan senyawa organik tinggi di dalam badan air. Juga mikroalga Anabaena dan Mycrocystis dapat menjadi petunjuk kehadiran senyawa fosfat tinggi di dalam badan air. Sedangkan mikroalga-kersik (Diatome) lebih cenderung menjadi petunjuk terhadap kehadiran senyawa kimia yang bersifat toksik di dalam badan air.
Kehadiran materi fekal (dari tinja) di dalam badan air dapat diketahui dengan adanya kelompok bakteri Coli. Di dalam penentuan kualitas air secara mikrobiologik, kehadiran bakteri tersebut ditentukan berdasarkan uji tertentu dengan perhitungan tabel JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat).
Kehadiran materi fekal di dalam air minum sangat tidak diharapkan, baik ditinjau dari segi estetika, sanitasi, maupun dengan alasan infeksi. Jika di dalam 100 ml sampel air didapatkan 500 sel bakteri Coli, memungkinkan terjadinya infeksi gastroenteritis yang segera diikuti oleh demam tifoid. Escherichia coli sebagai salah satu contoh jenis Coli, pada keadaan tertentu dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh, sehingga dapat menyebabkan infeksi pada kandung kemih, pelviks, ginjal dan hati. Juga dapat menyebabkan diare, peritonitis, meningitis dan lain-lain.
Dari jumlah feses yang dihasilkan setiap hari oleh manusia (100-150 gram), di dalamnya dapat terkandung sekitar 3 x 1011 (300 milyar) sel bakteri Coli. Sehingga kehadiran bakteri Coli di dalam badan air diparalelkan dengan terjadinya kontaminasi materi fekal. Dengan kata lain, lebih tinggi kandungan bakteri Coli maka lebih kotor dan tidak memenuhi syarat keadaan air tersebut untuk kepentingan manusia, khususnya untuk air minum.
b.    Peredaran
Kualitas mikrobiologis air didasarkan pada analisis kehadiran mikroorganisme indikator yang selalu ditemukan dalam tinja manusia atau hewan berdarah panas. Mikroorganisme ini tinggal dalam usus manusia maupun hewan berdarah panas dan merupakan bakteri yang dikenal dengan nama bakteri Coliform. Bila dalam sumber air ditemukan bakteri Coliform maka hal ini merupakan petunjuk bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran oleh feses manusia atau hewan berdarah panas.
Feses manusia atau hewan berdarah panas dialirkan ke dalam parit dan sungai sebagai cara termudah menanganinya. Tinja mereput dan diuraikan oleh bakteria dengan oksigen yang terlarut di dalam air. Ini mengakibatkan kekurangan oksigen dalam air yang menggugat kehidupan akuatik. Sehingga kehadiran bakteri Coli di dalam badan air diparalelkan dengan terjadinya kontaminasi materi fekal. Semakin tinggi kandungan bakteri Coli maka lebih kotor dan tidak memenuhi syarat keadaan air tersebut untuk kepentingan manusia, khususnya untuk air minum. Namun, penduduk yang tinggal di sekitar sungai mengkonsumsi air tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

c.     Pelenyapan
Feses manusia atau hewan berdarah panas oleh bakteria dengan oksigen yang terlarut di dalam air. Ini mengakibatkan kekurangan oksigen dalam air yang menggugat kehidupan akuatik. Sehingga kehadiran bakteri Coli di dalam badan air diparalelkan dengan terjadinya kontaminasi materi fekal.

2.1.2 Tabiat Mikroba Pencemar Air
Feses manusia atau hewan berdarah panas oleh bakteria dengan oksigen yang terlarut di dalam air. Ini mengakibatkan kekurangan oksigen dalam air yang menggugat kehidupan akuatik. Kualitas fisik air yang meliputi kekeruhan, suhu, warna, bau, dan rasa menjadi berubah.
Kualitas fisik yang umum dianalisa dalam penentuan kualitas air meliputi kekeruhan, suhu, warna, bau, dan rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air, seperti lumpur dan bahan-bahan yang dihasilkan oleh industri.
Dari segi estetika, kekeruhan dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran oleh air buangan. Air yang mengandung kekeruhan tinggi akan sukar disaring dan mengakibatkan biaya pengolahan menjadi lebih tinggi. Selain itu kekeruhan air menyebabkan hambatan bagi proses disinfeksi. Oleh karena itu kekeruhan air harus dihilangkan dan air yang akan dipergunakan untuk air minum.
Bahan-bahan yang mengakibatkan kekeruhan air, berdasarkan sifat pengendapannya, dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu :
a. Bahan yang mudah mengendap (settleable) dapat dihilangkan dengan proses-proses pengendapan (sedimentasi) dan penyaringan (filtrasi).
b. Bahan yang sukar mengendap (koloidal) hanya dapat dihilangkan dengan proses flokulasi dan koagulasi yang diikuti dengan proses sedimentasi dan filtrasi, dimana diperlukan penambahan bahan kimia (koagulan) ke dalam air.
 Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh kehadiran organisme dalam air seperti alge serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, juga oleh adanya bahan organik tertentu. Dari segi estetika, air yang berbau dan mempunyai rasa, sangat tidak menyenangkan untuk diminum. Bau dan rasa dalam air juga dapat menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme penghasil bau dan rasa yang tidak enak serta adanya senyawa-senyawa asing yang mengganggu kesehatan. Selain itu dapat pula menunjukkan kondisi anaerobik sebagai hasil aktivitas penguraian senyawa organik oleh kelompok mikroorganisme tertentu. Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran mikroorganisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna, dan ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.
Tabel Standar kualitas fisik air kadar air minum.
Parameter
Satuan
Minimum yang dianjurkan
Maksimum yang dianjurkan
Kekeruhan Rasa Warna Temperatur Residu terlarut
mg/L SiO2 -
Unit Pt-Co oC
mg/L
5
Tidak berasa
5
suhu air normal
500
25
Tidak berasa
50
suhu air normal
1500








2.1.3   Dampak Mikroba Pencemar Air
     Mikroba pencemar air yang ada pada air bersih memberikan beberapa dampak pada tampilan fisik air tersebut dan juga bagi manusia, yaitu:
a.       Terjadi peningkatan kekeruhan dan hambatan aliran, hal tersebut disebabkan kelompok bakteri besi : Fe2+ (oksidasi oleh bakteri Crenothrixsphaerotilus) menjadi Fe3+
b.      Blooming menyebabkan perairan berwarna, ada endapan, dan bau amis, disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan mikroalga {Anabaena flos-aquae dan Microcystis aerugynosa)
c.       Bakteri besi : Fe2+ (oksidasi oleh bakteri Crenothrixsphaerotilus) menjadi Fe3+
d.      Bakteri belerang : SO42" (reduksi oleh bakteri Thiobacillus cromatium) menghasilkan H2S (bau busuk)
e.       Bakteri Coli, pada keadaan tertentu dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh, sehingga dapat menyebabkan infeksi pada kandung kemih, pelviks, ginjal dan hati. Juga dapat menyebabkan diare, peritonitis, meningitis dan lain-lain.

2.2 Penerapan ilmu kimia dalam mengatasi mikroba dalam air
2.2.1 Metode dan Teknologi pembasmi mikroba air
a.    Metode
Ada berbagai macam metode untuk mendapatkan air bersih yang siap untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pada pengolahan air minum contohnya, digunakan UV sterilizer sebagai pensteril air agar bebas bakteri. Zat-zat kimia yang terlibat dalam pengolahan air bersih bisa dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai penjernih, sebagai pembasmi bakteri, sebagai penstabil air, dan sekadar zat tambahan. Wujudnya bisa berupa padatan, cair, dan gas. Sebagai pembasmi bakteri (mikroba), biasanya digunakan ozon, UV dan kalsium hipoklorit atau yang biasa kita sebut sebagai kaporit (CaOCl2). Kaporit sering digunakan PDAM untuk membasmi bakteri pada proses pengolahan air.

1.   Sterilisasi
Pada proses pengolahan air minum secara sederhana, terdapat proses sterilisasi. Dalam proses ini air olahan sudah melewati proses pendahuluan, koagulasi dan flokulasi, pengendapan, dan penyaringan. Pada proses  sterilisasi, air olahan didesinfekter,  yaitu proses untuk membasmi mikroorganisme  dan bakteri-bakteri yang ada pada air sehingga air itu steril. Air dibiarkan pada bak penampung kira-kira 24 jam agar sterilisasi terjadi dengan sempurna. Setiap bakteri atau mikroorganisme  dalam air akan mengeluarkan CO2 pada proses respirasi. Proses ini juga bisebut proses desinfeksi air dengan kalsium hipoklorit atau kaporit (CaOCl2). Kaporit adalah bahan kimia yang paling banyak digunakan untuk desinfeksi air karena murah, mudah didapat, dan mudah penanganannya.
CaOCl2     +   CO2                    CaCO3(s)   +   2Cln
2Cln     +    H2O                    2HCl    +    On
On akan mengoksidasi bakteri dan mikroorganisme dalam air dan air menjadi steril. Dalam proses ini juga terdapat proses pengendapan untuk mengendapkan lumpur maupun pemberat agar jernih dengan menggunakan senyawa-senyawa seperti Al2(SO4)3, FeCl3.6H2O, Fe2(SO4)3, dan tawas (K2SO4.Al2(SO4)3). Setelah melewati proses ini, air siap dikonsumsi.

2.   Ozonisasi
Ozonisasi merupakan salah satu contoh metode pengolahan air minum dengan bahan dasar ozon. Proses terakhirnya juga disebut sebagai ozonisasi, yaitu pensterilan air dari kuman dan bakteri.
 Ozon merupakan gas yang tidak berbau dan memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa disekitarnya) serta memiliki potential oksidasi  2.07 V. Ozon  dengan  kemampuan  oksidasinya  dapat membunuh  berbagai macam mikroorganisme seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis, serta berbagai bakteri pathogen lainnya. Ozon juga mampu membasmi mikroba yang tidak mampu dihilangkan oleh klor, yaitu cryptosporidium-C. Mikroba ini berasal dari grup protozoa yang mampu membentuk spora di usus halus manusia lalu menghalangi penyerapan air sehingga penderitanya menjadi haus. Ozon juga mampu mensterilkan air dari kandungan klor. Selain itu, ozon juga dapat menguraikan berbagai macam senyawa organik beracun yang terkandung dalam air, seperti benzena, atrazin, dioksin dan berbagai zat pewarna organik. Keunggulan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan, dan kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif disamping sangat aman.

3.   Disinfeksi Air dengan Tenaga Surya
Disinfeksi air (mematikan kuman dalam air) dengan tenaga surya juga merupakan salah satu cara sederhana untuk membunuh bakteri dalam air. Metode ini digunakan oleh rumah tangga-rumah tangga di negara-negara berkembang dimana ketersediaan air minum yang aman cukup langka. Langkah yang digunakan hanyalah dengan mengisi air ke dalam botol-botol plastik dan menjemurnya di bawah sinar matahari. Pada peristiwa ini terjadi proses dimana radiasi UV dan suhu air yang meningkat membunuh bakteri dalam waktu beberapa jam. Metode ini memerlukan sinar matahari yang kuat dan volume air yang bisa disterilkan terbatas. UV dapat menonaktifkan Escherichia coli, salah satu mikroorganisme pencemar air.
Dalam prosesnya, ozon dan UV tidak bersisa dalam air, sedangkan kalsium hipoklorit atau yang biasa disebut kaporit menyisakan klor dalam air. Tidak bersisanya ozon ataupun UV dapat berbahaya pada proses pengolahannya. Jika terdapat pipa distribusi bocor atau sambungannya tidak ketat, maka kuman-kuman bisa masuk ke dalam pipa. Hal ini membuat air olahan tercemar lagi, dan kualitas air bisa lebih buruk daripada air bakunya dan berbahaya jika dikonsumsi manusia. Sedangkan klor yang masih bersisa membuat air bersih berbau kaporit sedikit. Kisaran kadar kaporit sisa ini 0,2 0,3 mg/l.

b.   Teknologi
1.   Tenaga matahari dalam reaktor.
Kevin McGuigan dari The Royal College of Surgeons di Irlandia, Dublin, dan rekan-rekannya menyelidiki disinfeksi air yang terkontaminasi Escherichia coli dengan menggunakan tenaga surya dalam reaktor-reaktor aliran volume besar. Sebuah pompa mensirkulasi air antara sebuah tangki penampung dan sebuah tabung kaca yang dikelilingi oleh penangkap sinar matahari yang memfokuskan energi matahari ke dalam tabung. Mereka menemukan bahwa penonaktifan E. coli tergantung pada total dosis sinar matahari bukan pada intensitas cahayanya. Mereka juga menunjukkan bahwa reaktor-reaktor ini bisa menjadi tidak efektif karena bakteri mendapatkan dosis radiasi yang tidak kontinyu ketika bakteri-bakteri tersebut mengalir antara tangki penampung yang tidak terkena cahaya dengan tabung yang terkena cahaya. Jika bakteri tidak dinonaktifkan secara sempurna oleh sinar matahari, maka keadaan tidak terkena cahaya akan memberi waktu bagi bakteri-bakteri ini untuk pulih dari kerusakan akibat radiasi, sehingga menjadikan mereka lebih resisten ketika disinari ulang.
Penelitian yang dilakukan oleh McGuigan merupakan sebuah kontribusi penting yang menunjukkan kelebihan dan kekurangan potensial dari disinfeksi dengan sinar matahari, tergantung pada tipe reaktor cahaya surya dan cara operasi. Ini juga merupakan upaya pertama untuk menilai dosis UV minimum yang diperlukan untuk penonaktifan bakteri secara sempurna dengan disinfeksi tenaga surya.

2.   Mesin Pengolah Air Teknologi Ultra Filtrasi
Saat ini telah dikembangkan salah satu teknologi mengolah air bersih dengan cara ultra filtrasi. Teknologi Membran merupakan salah satu terobosan teknologi baru yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan dalam dunia air. Sifat membran yang sangal selektif telah terbukti mampu rnemisahkan berbagai kontaminan dari dalam air sehingga diperoleh air yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.
Membran Ultrafiltrasi telah lama digunakan dalam bidang medis dan kedokteran untuk menghilangkan bakteri dan Virus. Ultrafittrasi mampu menghilangkan hampir 100% coloid, virus, bakteri dlsb
Dalam hal adanya bau di dalam air, penambahan karbon aktif dapat membantu rnenghilangkannya. Ketika filter membran mulai kotor, kinerja membran dapat dipulihklan dengan melakukan pencucian balik atau " backwash " .

3.   Alat sterilisasi air minum
Seiring berkembangnya teknologi, mulai banyak industry yang memproduksi alat sterilisasi air. Alat-alat ini telah banyak digunakan masyarakat karena sangat praktis. Hanya dengan memasukkan air ke dalam wadahnya, maka air bisa langsung dikonsumsi tanpa dimasak lebih dulu. Dalam wadah tersebut terjadi proses pengolahan air minum yang hampir sama dengan pengolahan air minum isi ulang. Terdapat beberapa kali tahap proses penyaringan dengan menggunakan bahan-bahan seperti tawas, kerikil, ijuk.

Bacterical treatment juga merupakan salah satu langkah untuk menghilangkan bakteri dan virus pencemar air.  Metode yang lebih bagus di USA disebut klorinasi, dengan menggunakan diklorin dan direaksikan dengan air murni pada tekanan normal dan suhu 293 K. reaksi ini akan menghasilkan HOCl
Cl2 + H2O                       HOCl    +    H+   +    Cl-
Klorinasi tidak selalu mampu membasmi seluruh bakteri maupun virus yang ada karena terkadang perlu kadar bio yang lebih rumit dengan skala besar untuk mendeteksi adanya virus.





















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
1.      Parameter mikrobiologis yang digunakan untuk mengukur kualitas air adalah total mikroba, total coli, total coli tinja, Salmonella, Clostridium Perfingens dan virus.
2.      a. Jejak mikroba pencemar air :
-          Sumber : Feses manusia atau hewan berdarah panas  mengandung bakteri Coli
-          Peredaran: Feses manusia atau hewan berdarah panas dialirkan ke parit dan sungai kemudian diuraikan oleh bakteria dengan oksigen yang terlarut di dalam air sehingga mengakibatkan kekurangan oksigen dalam air yang menggugat kehidupan akuatik (air menjadi tercemar).
-          Pelenyapan: Feses manusia atau hewan berdarah panas oleh bakteria dengan oksigen yang terlarut di dalam air. Ini mengakibatkan kekurangan oksigen dalam air yang menggugat kehidupan akuatik. Sehingga kehadiran bakteri Coli di dalam badan air diparalelkan dengan terjadinya kontaminasi materi fekal.
b.   Tabiat mikroba pencemar air mengubah kualitas fisik air yang meliputi kekeruhan, suhu, warna, bau, dan rasa menjadi berubah.
c.    Mikroba pencemar air menyebabkan penurunan kualitas air dan berdampak pada timbulnya penyakit pada organ tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya.
3.      Metode yang digunakan untuk membasmi mikroba pencemar air adalah sterilisasi, ozonisasi, desinfeksi air dengan tenaga surya (UV sterilizer), dan Bacteridical Treatment. Sedangkan teknologi yang telah dikembangkan untuk membasmi mikroba pencemar air adalah teknologi tenaga surya dalam reaktor, mesin pengolah air teknologi ultra filtrasi, dan ada juga alat pengolah air minum.


3.1  Saran
1.      Bagi Pemerintah
Diharapkan pemerintah mengawasi peredaran mikroba pencemar air dan memberikan penanganan yang tepat untuk membasmi mikroba air.
2.      Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan supaya menjaga lingkungan dan sumber air agar air tidak terkontaminasi oleh bakteri yang berasal dari manusia ( Coli tinja ).



























DAFTAR PUSTAKA

Moore, John W and Elizabeth A. Moore.1976.Environmental Chemistry.New York: Academic Press, Inc.
A, Munif.2009.Persyaratan Kualitas Baku Air Minum, (Online), (http://environmentalsanitation.wordpress.com/category/kualitas-air-minum.html), diakses 18 April 2012
Mazlan.2009.Punca Berlakunya pencemaran air, (Online), (http://mazlan66.wordpress.com/2009/05/25/punca-berlakunya-pencemaran-air.html), diakses19 April 2012
-, (http://www.rsc.org/chemistryworld.html ), diakses 19 April 2012












2 Komentar:

Pada 13 Juli 2015 pukul 21.50 , Blogger Unknown mengatakan...

terimakasih banyak, sangat membantu sekali...

http://tokoonlineobat.com/obat-sirosis-hati-alami/

 
Pada 4 Desember 2019 pukul 05.57 , Blogger Unknown mengatakan...

Terimakasih atas ilmunya.

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda